Banyaknya
peserta seleksi prajurit TNI/Polri yang tidak lulus / gagal disebabkan
oleh berbagai faktor. Namun yang paling dominan adalah karena para
peserta seleksi tidak tahu tentang jenis dan bentuk seleksi serta
standarisasi penilaian. Dengan berbekal pengetahuan yang sangat kurang
tersebut, pelaksanaaan seleksi masuk menjadi calon Prajurit TNI/Polri
mengalami berbagai kesalahan. Untuk mengetahui apa yang menjadi
kesalahan para peserta seleksi dan bagaimana mendapatkan solusinya,
ikutilah penjelasan saya sebagai berikut :
1. Kesehatan.
Suatu fenomena umum bahwa kegagalan peserta seleksi rata-rata 50 %
adalah dikarenakan tidak lulus Test Kesehatan. Peserta seleksi adalah
tidak tahu atau tidak mengerti bentuk test kesehatan meliputi apa saja
dan bagaimana standar kelulusan. Disamping itu, untuk mengetahui hal
tersebut baik orang tua maupun peserta seleksi biasanya malu bertanya
dan tidak tahu bertanya kepada siapa tentang Test Kesehatan. Walaupun
mendapat jawabanpun tidak akan tahu secara lengkap. Apabila para orang
tua dan peserta seleksi mengerti tentang bagaimana bentuk seluruh test
kesehatan dan standar penilaian, maka tidak menutup kemungkinan akan
lebih banyak yang lulus dalam tahap seleksi kesehatan.
2. Kesamaptaan Jasmani / Olah Raga.
Pada tahap seleksi kesamaptaan jasmani banyak peserta yang gagal /
tidak lulus dan prosentasenya rata-rata mencapai 25 – 30 %. Di tempat
saya baru-baru ini peserta seleksi Secata yang tidak lulus samapta
berjumlah 17 orang dari 42 orang. Banyak kan. Dalam hal ini ada beberapa
kemungkinan yaitu apakah karena peserta seleksi tersebut tidak pernah
latihan olah raga, karena mentalnya kurang kuat sehingga mudah menyerah
atau tidak tahu materi yang diujikan sehingga latihan yang dilaksanakan
tidak sesuai dengan yang diujikan. Dari peserta seleksi yang gagal /
tidak lulus dalam tahap test kesamaptaan jasmani banyak yang menyatakan
tidak pernah / kurang olah raga dan tidak mengetahui bentuk test serta
standar penilaiannya. Seharusnya sebelum melaksanakan test seleksi
masuk menjadi TNI/Polri, para peserta test harus melaksanakan latihan
kesemaptaan jasmani secara rutin dan teratur. Namun yang lebih penting
adalah para orang tua dan para peserta seleksi harus mengetahui kapan
waktu yang tepat melaksanakan latihan, bagaimana bentuk serta standar
kelulusan test kesamaptaan jasmani, apa saja bentuk test kesamaptaan
jasmani.
3. Tidak Mengerti dan Tidak Mengenal Test Psikotest.
Tahap test Psikotest dalam seleksi menjadi prajurit TNI/Polri pagi
para peserta seleksi merupakan saat yang menegangkan dan banyak
ditakuti. Hal ini adalah wajar, karena pada tahap test psikotest
rata-rata yang tidak lulus / gagal adalah mencapai 20 – 30 %. Beberapa
kemungkinan yang menyebabkan peserta test seleksi banyak yang gagal /
tidak lulus test psikotest adalah karena tidak pernah mengerti dan tidak
pernah mengenal bentuk soal-soal psikotest, tidak siap mental dalam
melaksanakan test psikotest, tidak tahu apa yang harus dipersiapkan
dalam menghadapi test psikotest serta banyak melakukan kesalahan dalam
melaksanakan test psikotest. Sebelum melaksanakan test psikotest setiap
peserta seleksi wajib tahu secara jelas apa tujuan dilaksanakan test
psikotest, bagaimana bentuk soal psikotest, apa tips (apa yang harus
dikerjakan dan apa yang tidak boleh dikerjakan) dalam test psikotest.
4. Persyaratan Administrasi kurang.
Persyaratan administrasi yang dibutuhkan dalam seleksi masuk menjadi
prajurit TNI/Polri, sebenarnya telah diumumkan / disampaikan pada saat
pengumuman pendaftaran. Namun karena kurangnya kepedulian dan ketelitian
serta tidak tahunya jadwal secara keseluruhan setiap tahapan seleksi,
maka dapat menyebabkan peserta seleksi tidak dapat memenuhi persyaratan
administrasi dan dinyatakan gagal / tidak lulus walaupun secara
prosentase kegagalan pada tahap seleksi administrasi adalah sekitar 5 –
10 % namun tetap harus diperhatikan. Para peserta seleksi harus
mengetahui, apa tujuan dilaksanakan test administrasi, berapa banyak
kelengkapan test administrasi, kapan batas waktu yang ditetapkan panitia
untuk menyerahkan persyaratan administrasi. Dengan mengetahui hal
tersebut diharapkan, peserta seleksi akan lebih siap menghadapi test
administrasi dan memperkecil kemungkinan kegagalan / tidak lulus dalam
test administrasi tersebut.
5. Tidak Tahu tentang Bentuk Test Mental Idiologi.
Pada umumnya peserta seleksi tidak mengetahui tentang bentuk test
mental idiologi dan hal inilah yang menyebabkan prosentase yang tidak
lulus / gagal mencapai 20 – 30 %. Karena kurangnya pengetahuan tentang
test mental idiologi, maka banyak peserta test yang tegang dan grogi
dalam melaksanakan test sehingga hasilnya tidak optimal. Apabila
peserta test mengetahui bentuk dari test mental idiologi, saya yakin dan
percaya akan lebih besar kemungkinannya untuk lulus dalam tahap test
ini. Para peserta seleksi harus mengetahui bagaimana bentuk materi
test, data apa yang perlu dipersiapkan, buku-buku apa yang harus dibaca,
bagaimana cara menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.
6. Tidak Tahu tentang Bentuk Test Pantukhirda dan Test Pantukhir Pusat.
Sebagai bentuk Final Test (test akhir) dalam seleksi penerimaan
Prajurit TNI/Polri di Daerah disebut Pantukhirda (Panitia Penentu Akhir
Daerah) dan di Pusat disebut Pantukhirpus. Baik Pantuhkirda maupun
Pantukhirpus merupakan bentuk Test Akhir di Daerah/Pusat yang sangat
menentukan dan prosentasi kegagalannya adalah 10 – 20 %. Test Pantukhir
merupakan bentuk Test yang mempertemukan seluruh Panitia Seleksi
(administrasi, kesehatan, jasmani, mental idiologi) dengan Peserta Test
untuk dilihat kesesuaian Penilaian/Hasil Test masing-masing bidang (data
tertulis) dengan bentuk Fisik dari setiap Peserta Seleksi/Test. Oleh
karena itu, setiap orang yang akan melaksanakan Seleksi Masuk Prajurit
TNI/Polri harus mengetahui bagaimana bentuk dan apa yang perlu
dipersiapkan dari Test Pantukhirda/Pantukhirpus agar kemungkinan untuk
lulus dalam test tersebut lebih besar.
klo beli buku tips lolos tes tni dmn? y?? tplpng kasih infonya...
BalasHapus